Silahkan Melihat Tutorial di website kami dengan nyaman ENJOY YOUR LIFE ☕

ISLAM :: Akhlaq Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari


Akhlak Rasulullah sebagai seorang manusia secara pribadi, dapat kita teladani dalam kegiatan beliau sehari-hari, mulai dari cara beliau tidur, makan, minum, berjalan, tersenyum, berbicara, bergaul, marah, tertawa, dan sebagainya.
Rasulullah Tidur
Rasulullah biasa tidur di awal malam, dan bangun di sepertiga malam terakhir. Selain itu, beliau juga melarang kita untuk menceritakan mimpi yang jelek, dan bersyukur kepada Allah jika bermimpi indah, serta diperbolehkan untuk menceritakannya kepada yang lain.
Sesungguhnya, kebiasaan bangun di penghujung malam kemudian melaksanakan shalat malam, memiliki efek positif terhadap tubuh dan pikiran manusia. Bagaimana tidak, setelah seharian penat bekerja, disibukkan oleh berbagai kegiatan dan tugas-tugas yang kadang membuat manusia stres, jiwa manusia memerlukan suatu ‘refreshing’, penenangan, dan pemulihan semangat. Dengan bangun di penghujung malam yang hening, di saat kebanyakan orang sedang terlelap tidur dan terbuai di alam mimpinya, kita bangun untuk mendekatkan diri pada-Nya, mengingat-Nya (dzikrullah) dan bermuhasabah (introspeksi diri).
Kebiasaan mensyukuri mimpi yang indah serta menceritakannya kepada yang lain, adalah hal yang baik, karena dengan bersyukur menyebabkan manusia berpikir positif dan mungkin akan menjadi sugesti yang baik bagi yang bersangkutan. Sedangkan larangan untuk menceritakan mimpi yang tidak baik, bertujuan untuk menghindari sugesti yang jelek yang menyebabkan berkurangnya produktifitas orang yang bersangkutan, dikarenakan selalu dihantui oleh mimpi jeleknya.
Rasulullah Makan dan Minum
Rasulullah selalu memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, menggunakan tangan kanan. Beliau juga sangat memperhatikan kehalalan dan kesederhanaan makanannya. Rasulullah hanya makan makanan yang dihalalkan oleh-Nya, sedangkan kesederhanaan yang dimaksud di sini adalah dari segi jumlahnya, beliau tidak makan berlebihan, beliau makan di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Sesungguhnya, kebiasaan memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, adalah salah satu bentuk syukur kita atas semua rezeki dan nikmat yang Allah berikan. Menjaga kehalalan dan kesederhanaan makanan yang kita konsumsi, memiliki efek yang sangat baik terhadap tubuh, karena makanan yang dihalalkan Allah sudah pasti memiliki kandungan-kandungan zat yang sangat baik untuk tubuh manusia, begitupun dalam kesederhanaan jumlah makanan yang masuk ke tubuh, hal ini juga akan berefek pada kerja organ-organ pencernaan.
Rasulullah Tersenyum dan Berbicara
Rasulullah adalah seorang yang sangat mulia akhlaknya, manis sikapnya, dan sangat terjaga ucapannya. Beliau selalu tersenyum dan menyapa siapa saja yang dijumpainya. Beliau tidak berbicara kecuali yang penuh manfaat, dan menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara sia-sia. Cara berbicaranya sangat tenang, sehingga ucapannya jelas, dan tujuannya yang ingin disampaikannya pun bisa dimengerti oleh siapa saja yang menjadi pendengarnya.
Sesungguhnya, sikap yang ramah dan murah senyum akan membuat orang lain senang, merasa aman, dan jauh dari perasaan terancam. Dengan demikian, akan menumbuhkan serta menguatkan tali silaturahmi. Sedangkan kebiasaan untuk berbicara yang baik akan menghindarkan manusia dari kecelakaan yang disebabkan oleh lisannya. Begitu juga dengan cara bicara yang tenang dan jelas, akan membuat pesan yang ingin kita sampaikan dapat dengan mudah diterima oleh orang yang kita maksud.
Rasulullah Berjalan dan Bergaul
Rasulullah selalu berjalan dengan sikap yang wajar dan optimis, tidak bersikap sombong atau takabur di hadapan orang yang ditemuinya. Beliau selalu mendahului untuk menyapa dan mengucapkan salam. Jika ada orang yang menyapa maka beliau akan berpaling dengan seluruh tubuhnya menghadap orang yang menyapanya. Beliau juga sangat menjaga pandangan terhadap laki-laki maupun perempuan. Rasulullah pun melarang berbaurnya laki-laki dan perempuan di jalanan.
Sesungguhnya, sikap yang wajar dalam berjalan, serta memalingkan wajah dan seluruh badan merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain, hal ini juga yang akan menjauhkan manusia dari permusuhan, bahkan sebaliknya akan menumbuhkan tali silaturahmi atau bahkan menguatkan ikatan yang sudah terjalin. Kebiasaan menjaga pandangan, akan menyelamatkan manusia dari kecelakaan yang bermula dari mata yang menyebabkan nafsu syahwat. Begitu pun dengan larangan berbaurnya laki-laki dan perempuan, hal ini akan menjauhkan dari perbuatan maksiat, memuliakan wanita dari pelecehan dan kejahatan.
Sa'ad bin Hisyam pernah bertanya kepada 'Aisyah rodhiAllahu 'anha tentang akhlak Rasulullah, maka 'Aisyah rodhiAllahu 'anha menjawab, "Akhlak beliau adalah Al Quran." Lalu Sa'ad berkata,
"Sungguh saya ingin berdiri dan tidak lagi menanyakan sesuatu yang lain." (HR. Muslim)

Oleh karena itu, Rasulullah merupakan sosok pribadi yang paling bagus akhlaknya seperti yang disaksikan oleh Anas bin Malik pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun-ketika beliau berkata;
"Rasulullah adalah orang yang paling bagus akhlaknya." (HR. Muslim)
Maka pantaslah Rasulullah menjadi suri teladan bagi kita dalam segala aspek kehidupan beliau shollAllahu 'alaihi wa sallam seperti yang telah diberitakan oleh Allah dalam firman-Nya :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pertemuan dengan) Allah dan (keselamatan di) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab: 21)
Dan Rasulullah sendiri telah memotivasi umatnya yang beriman untuk berpegang teguh dengan akhlak yang bagus dan menjauhi akhlak yang buruk, seperti dalam sabda-sabda beliau berikut ini:
Dari Abu Darda' bahwa Nabi bersabda:
((ما من شيء أثقل في ميزان المؤمن يوم القيامة من حسن الخلق، وإن الله تعالى ليبغض الفاحش البذيء))
"Tiada suatu perkara yang paling memberatkan timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari kiamat selain daripada akhlaq mulia, dan sesungguhnya Allah amat benci kepada seorang yang buruk perbuatan dan ucapannya" (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh al Albani)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau menjawab,
تقوى الله وحسن الخلق
"Bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia" Sementara ketika ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab,
الفم والفرج
"Mulut dan kemaluan" (HR. Tirmidzi dan dihasankan sanadnya oleh Syaikh Albani)

Dan Rasulullah menjelaskan bahwa mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling sempurna akhlaknya, seperti yang beliau sabdakan,
إن أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا، وخياركم خياركم لنسائهم
"Sesungguhnya mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling bagus akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya"(HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Albani)
Bahkan Rasulullah telah menjadikan orang-orang yang berakhlak mulia sebagai orang-orang yang paling dekat duduknya dengan Rasulullah sebagaimana dalam sabdanya :

إن من أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحسنكم أخلاقا، وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني مجلسا يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون، قالوا: يا رسول الله، قد علمنا الثرثارون والمتشدقون فما المتفيهقون؟ قال: المتكبرون
"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya, dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah tsartsarun (yang banyak bicara), mutasyaddiqun (yang bicara sembarangan lagi mencela manusia) dan mutafaihiqun.” Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui tsartsarun dan mutasyaddiqun, tapi siapakah mutafaihiqun itu?" Rasulullah menjawab, "Mutakabbirun" (orang-orang yang sombong)." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Albani)
Namun, problem yang amat jelas kita lihat di dunia Islam sekarang yaitu bahwa umat Islam telah meninggalkan akhlak mulia yang diseru oleh agama mereka sendiri yang bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah.
Kita melihat bahwa agama Islam berada di suatu tempat dan kaum muslimin berada di tempat lain yang berjauhan. Seorang muslim hanya membawa Islam pada nama dan KTP-nya saja. Tetapi dalam praktek keseharian, muamalah dan seluk beluknya tidak didapati nilai-nilai ajaran Islam yang mulia tersebut.
Arahan-arahan Islam tidak berlaku, norma-normanya tidak memiliki tempat, dan kaidah-kaidah Islam tidak lagi terhormat dalam diri mereka. Demikianlah kenyataan yang memilukan yang menimpa umat Islam, yang semakin hari sepertinya semakin jauh dan lalai dari mempraktekkan nilai-nilai agama mereka yang mulia, sehingga pantas pula jika umat Islam mengalami berbagai bencana hari demi harinya, kekalahan-kekalahan di setiap tempat mereka, serta ketertinggalan dari umat-umat yang lain. Umat Islam sepertinya tidak lagi memiliki 'izzah (kemuliaan dan kewibawaan) yang dapat membuat umat-umat lain segan kepada mereka. Itu semua karena umat Islam tidak berpegang teguh dengan nilai-nilai ajaran agama mereka. Benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin Khaththab
إنا كنا أذل قوم فأعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العز بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله
"Kita dahulu adalah kaum yang terhina lalu Allah memuliakan kita dengan Islam, maka jika kita mencari kemuliaan dengan selainnya niscaya Allah akan menghinakan kita"

(HR. Hakim dan ia berkata, "Shahih sesuai syarat/standar Bukhari dan Muslim”, dan disahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih at Targhib wa at Tarhib)
Dan kaum muslimin akan tetap berada dalam kehinaan selama mereka meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang agung lagi mulia dan cenderung mengikuti hawa nafsu dalam meraih kemewahan dunia sampai mereka mau kembali kepada agama mereka.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
((إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينـزعه حتى ترجعوا إلى دينكم))
"Apabila kalian berjual beli dengan 'inah (riba), memegangi ekor-ekor sapi dan senang dengan cocok tanam (yakni lebih condong kepada kesenangan dunia), serta meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian yang tidak akan Allah cabut sampai kalian mau kembali kepada agama kalian."
(HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Syaikh Albani)
Maka sudah saatnya bagi kaum muslimin untuk bangkit dengan kembali kepada ajaran-ajaran agama mereka yaitu Islam yang lurus, agar mereka dapat kembali memperoleh 'izzah (kemuliaan dan kewibawaan) seperti yang telah diraih oleh pendahulu mereka Salafus Shalih sehingga mereka akan menjadi umat yang kuat dan kokoh yang disegani oleh umat-umat lainnya. Tentunya yang paling penting adalah menggali kembali nilai-nilai mulia Islam tersebut dengan mempelajari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah serta sirah kehidupan Salafus Shalih yang telah mewariskan jejak-jejak mulia yang harus kita telusuri dan ikuti, di antaranya adalah warisan akhlak yang baik dan mulia. WAllahul Muwaffiq. (Dari Tauthi'ah pentahkiq kitab Makarimul Akhlaq karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan perubahan-

Sifat apa saja yang perlu kita teladani dari sosok Rasulullah Saw.?
Pertama, shidiq yang artinya benar atau jujur dalam perkataan maupun perbuatan. Kebenaran dan kejujuran adalah pilar utama kehidupan bermasyarakat. Allah Swt. sendiri menyandingkan perintah bertakwa dengan perintah mengikuti orang-orang yang bersifat shidq. Disebutkan dalam salah satu firman-Nya,“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah [9]: 119)
Kejujuran mengantarkan seseorang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan kita pada amal yang saleh. Sebaliknya, dusta mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan kita pada kemudharatan. Orang beriman memang sudah semestinya berkata benar atau (jika tidak dapat) lebih baik diam. Begitu nasihat Rasul dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Kedua, amanah atau dapat dipercaya. Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (Q.S. An-Nisa’ [4]: 58). Amanah adalah ciri utama orang beriman. Sebaliknya, dusta dan khianat adalah sifat orang munafik. Sifat amanah niscaya penting dan menjadi tuntutan utama setiap profesi.
Ketiga, tabligh yang artinya menyampaikan hal yang diperintahkan untuk disampaikan dan tidak menyembunyikannya). Perhatikan ayat berikut. “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu…” (Q.S. Al-Maidah [5]: 67)
Keempat, fathanah yang tidak lain adalah cerdas, cerdik, dan pandai. Kecerdasan dan kepadaian (pencapaian derajat ilmiah) itu niscaya diperlukan, bahkan terpuji. Allah Swt. berfirman, “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11). Hanya saja, ilmu tersebut haruslah bermanfaat, terutama untuk membangun bangsa dan negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (aman, damai, sejahtera, adil, dan beradab).
Bagaimana seharusnya kita memulai program meneladani Rasulullah Saw. tersebut?
Sebelumnya, kita harus benar-benar paham tujuan meneladani Rasulullah Saw. Ditekankan sekali lagi bahwa tujuan pengutusan beliau adalah innama bu’itstu li utammima makarima al-akhlaq (untuk menyempurnakan akhlak yang mulia). Berikutnya adalah mendalami makna terdalam dari ajaran agama Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Saw.
Meneladani Rasul tidak cukup hanya dengan kata-kata. Meneladani Rasul harus tecermin dalam kehidupan sehari-hari, di mana pun kita berada dan dengan siapa pun kita berinteraksi. Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk mengikuti yang telah dicontohkan oleh Rasul, mulai dari kegiatan di pagi hari hingga malam hari. Mengapa? Tidak lain karena waktu adalah ibadah. Bagi seorang mukmin, tidak ada sedetik waktu pun yang tidak memiliki nilai ibadah. Tidak mudah memang untuk bisa meneladani Rasul secara utuh, tetapi bukan berarti kita putus asa. Teladani Rasul mulai dari hal sederhana. Untuk menambah kecintaan dan kerinduan kepada Rasul, kita perlu membaca risalah dan kisah perjuangan dakwah beliau. Kita juga dianjurkan untuk membaca risalah keluarga dan para sahabat Rasul.




0 komentar:

Post a Comment

ISLAM :: Akhlaq Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari