Mojokerto, Secara logika, tentunya banyak di antara kita yang menganggap informasi detail data kartu kredit jauh lebih penting dibandingkan sekedar password akun Twitter. Namun tidak begitu menurut hasil studi yang dilakukan oleh Michael Callahan, seorang analis senior dari perusahaan keamanan komputasi, Juniper Networks.
Callahan dalam laporan resmi yang dirilisnya menjelaskan, hacker yang menjebol sebuah detail data kartu kredit hanya akan mendapatkan keuntungan dari kartu kredit saja. Mereka mungkin akan merugikan secara finansial sebesar limit yang tersedia pada kartu kredit yang dicuri. Namun hal itu sebenarnya belum seberapa bahaya dibandingkan ketika seluruh data pribadi kita dikuasai oleh hacker.
Mengutip laman The Telegraph, Callahan memaparkan bahwa informasi detail data kartu kredit dan password akun Twitter juga dapat berfungsi sebagai mata uang di 'pasar gelap' hacker. Mereka dapat menjual informasi data kartu kredit itu dengan harga rata-rata USD 20-40.
Harga itu ternyata jauh lebih rendah dibandingkan harga sebuah password akun Twitter yang sukses diretas. Umumnya sebuah akun Twitter yang dapat diretas akan dijual seharga USD 16-325, tergantung tingkat sensitvitasnya.
Mengapa harga password Twitter bisa lebih mahal dibandingkan informasi detail data kartu kredit? Juniper menerangkan, "media sosial dan berbagai hal lainnya yang menggunakan username dan password dapat digunakan sebagai jalan untuk memulai serangan pada pemilik akun itu sendiri atau orang lain di sekitarnya."
"Melalui akun media sosial yang dicuri, seorang hacker dapat menanamkan malware dan melakukan phishing pada akun media sosial milik teman, kerabat, dan keluarga untuk mencuri rekening," lanjut Callahan.
Sebagai tindakan antisipasi, Callahan menyarankan agar para pemilik akun menggunakan password yang berbeda-beda di setiap layanan. Sehingga jika salah satu akun di-hack, maka akun yang lain dapat terselamatkan.
(Dewi Widya Ningrum)
Lihat Komentar 0